Mengenal Tradisi dan Asal Muasal Resep Pembuatan Bubur Asyura di Aceh

Mengenal Tradisi dan Asal Muasal Resep Pembuatan Bubur Asyura di Aceh (Dok : phinemo com)

epanrita.net – Salah satu tradisi yang sudah sangat mengakar dalam masyarakat Aceh ketika datangnya bulan Muharram yaitu adanya tradisi memasak Bubur Asyura.

Salah satu ciri khas di bulan muharram yakni berbuka puasa sunah asyura dengan bubur asyura.

Bacaan Lainnya

Bubur Asyura yang biasanya dimasak pada 10 Muharram itu biasanya dimasak bersama, dan nantinya akan dibagi-bagi ke masjid atau warga sekitar.

Keragaman rasa dan tampilan bubur ini berbeda di setiap daerahnya, mengingat bahan yang dipakai juga beragam.

Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, bubur Asyura menggunakan bahan beras, santan kelapa, dan gula aren sebagai pewarna alami. Ini membuatnya identik dengan warna merah dan putih, yang sarat akan nilai keagamaan dan kebangsaan. Melambangkan ketekadan dan budi luhur umat Islam sejak dulu.

Bahan yang digunakan di tiap daerah boleh saja berbeda, namun sikap gotong royong saat prosesi pembuatannya menjadikan semua itu sama, yaitu sebagai sarana mempererat silaturrahim antar-warga. Tak heran jika tradisi itu hingga kini tetap lestari.

Bubur Suro diambil dari kata Asyuro, yaitu bubur yang komposisinya dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian yang kemudian semuanya dimasak menjadi bubur.

Menu ini kemudian dimakan bersama keluarga, juga dibagikan kepada anak-anak yatim dan orang tak mampu, serta mereka yang sedang tidak melaksanakan puasa, atau dimakan saat berbuka puasa.

Tradisi membuat bubur Suro ini bila ditelusuri dalam sejumlah kitab klasik memiliki kemiripan dengan yang pernah dilakukan Nabi Nuh dan kaumnya.

Pos terkait