Tri Fajar Firmansyah, Korban Pengeroyokan Oknum Suporter Bola Yang Meninggal Dunia

Korban penganiayaan bentrok oknum suporter dengan warga beberapa waktu lalu, Tri Fajar Firmansyah, meninggal dunia, Selasa (2/8). ( Dok. Suara com )

epanrita.net – Korban penganiayaan bentrok oknum suporter dengan warga beberapa waktu lalu, Tri Fajar Firmansyah, meninggal dunia, Selasa (2/8). Sosok ini dikebumikan di Makam Glendongan, Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Rabu (3/8). Tri Fajar meninggal usai mendapatkan perawatan selama 8 hari di RS Hardjolukito.

Ribuan suporter PSS Sleman turut mengiringi prosesi pemakaman Tri Fajar. Ayah Tri Fajar, Wahyudi memastikan anaknya tak melakukan kesalahan. Dia mengatakan pada waktu kejadian, sang anak hanya sedang nongkrong bersama temannya di wilayah Babarsari, Sleman.

Dia juga meluruskan informasi tentang anaknya yang bekerja sebagai tukang parkir pun dia tepis. Wahyudi menegaskan Tri Fajar bukan sebagai tukang parkir, melainkan driver ojek online.

“Sore ajeng kejadian niku njaluk maem, njaluk dulang kalih kula. Tak tinggal rampung maem kula tinggal sholat, mlebet teng kamar. Terus telpon kalih rencange terus medal. Medal terus kula teng mergi kok terus krungu kabar nek anakku kenging alangan (sore sebelum kejadian itu minta makan, minta disuapi sama saya. Saya tinggal, selesai makan saya tinggal sholat, masuk ke kamar. Terus telpon temannya kemudian keluar. Keluar, terus saya di jalan kok dengar kabar kalau anak saya kena musibah),” jelasnya saat ditemui di kediamannya di Padukuhan Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Rabu (3/8).

Pada saat kejadian, Wahyudi mengatakan sang anak menjadi korban pengeroyokan. Bahkan, menurutnya Tri Fajar sempat jatuh hingga dua kali sampai akhirnya dikejar dan dikeroyok. Wahyudi hanya bisa berharap kasus segera diusut dengan tuntas.

“Kemungkinan nggih (dikeroyok). Mlayu saking kilen, tiba ping kalih. Ceritane kalih rencang-rencang, dioyak kalih sing brutal. Anak kula boten salah. Anak kula mung meneng, boten gadhah suara. Boten dong urusan ribut-ribut (kemungkinan iya dikeroyok. Lari dari barat, jatuh dua kali. Anak saya tidak salah. Anak saya hanya diam, tidak bersuara. Tidak paham urusan ribut-ribut),” katanya.

Wahyudi mengakui Tri Fajar merupakan pendukung setia PSS Sleman. Dimanapun PSS Sleman bertanding, Tri Fajar tak pernah absen untuk menonton laga tim sepak bola kesayangannya ini.

Sikapnya di rumah juga sangat dekat dengan orangtua. Bahkan, pada sesaat sebelum kejadian Tri Fajar sempat minta disuapi dan dicium oleh kedua orang tuanya.

“Kalih kula cerak, gojek biasa. Minggu menika nggih sama mamake, jaluk cium, kelon (dengan saya dekat, bercanda biasa. Minggu itu juga sama ibunya minta cium dan ditemani tidur),” kenangnya.

Ribuan suporter PSS Sleman juga turut hadir mengiringi pemakaman Tri Fajar. Koordinator Suporter Brigata Curva Sud Zulfikar Nugroho Putro mengaku sangat menyayangkan terjadinya peristiwa ini.

Dia meminta kepada para jajaran kepolisian untuk mengusut tuntas dan menangkap para pelaku lainnya. Hal ini karena menurutnya pelaku tak hanya dua orang yang saat ini telah ditengkap oleh jajaran Polres Sleman.

“Kami dari BCS yang jelas ini harus diusut tuntas. Pelaku ga mungkin cuma dua orang. Info dari Polres kemarin kan dua orang. Ini kalau melihat lukanya pasti lebih dari dua orang,” ungkap. (isa/dwi)

Pos terkait