Intip Lokasi Syuting ‘Pengabdi Setan 2’ Ternyata Rusun Terbengkalai Belasan Tahun

Intip Lokasi Syuting 'Pengabdi Setan 2' (Dok Kompasmegapolitan)

Epanrita– Lokasi Syuting ‘Pengabdi Setan 2’  menjadi banyak perbincangan lancataran rusun tersebut sudah terbengkalai belasan tahun.

Rumah susun sederhana milik (Rusunami) yang terletak di belakang Pasar Arta, Bekasi Barat, Pulau Jawa, menjadi perbincangan hangat karena dijadikan lokasi syuting film Pengabdi Setan 2. Proyek era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu sudah terbengkalai selama 12 tahun.

Bacaan Lainnya

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan pembangunan proyek tersebut dimulai pada 2007 dan ditunda sejak 2009. Rusunami dimaksud diberi nama Rusun Kalimalang Residence, dengan pengembang swasta atau non-APBN.

“2009 ini masa kepemimpinan Menpera (Menteri Perumahan Rakyat) (Alm) Yusuf Asy’ari. Saya tidak tahu persis sejak kapan mangkraknya, dugaan saya 2009 itu,” ucap Endra kepada detikcom, Minggu (7/8/2022).

Program 1000 tower rusun dimulai sebagai program subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar memiliki hunian yang layak. dikutip dari detikcom pada 2014, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan ingin melanjutkan program itu lagi, tetapi itu belum terwujud.

Hingga saat ini rusun tersebut terbengkalai dan setengah jadi hingga menjadi lokasi syuting Pengabdi Setan 2. Endra menduga terbengkalainya gedung tersebut karena kesulitan keuangan dari pengembang swasta.

“Rusun ini kan dibangun oleh pengembang swasta dan dana swasta (non APBN). Rusun tidak selesai mungkin karena kesulitan pembiayaan untuk menyelesaikannya,” ujarnya.

Dikutip dari detikcom, Indonesia Property Watch (IPW) pernah mengatakan bahwa program 1.000 tower dimulai tanpa perencanaan yang matang dan penelitian mendalam hingga menjadi salah satu proyek pemerintah yang gagal.

“Banyaknya kalangan yang menilai bahwa program rusunami ini telah salah sasaran bisa dibilang iya, bisa juga dibilang tidak. Karena permasalahan yang utama bukanlah terletak pada siapa yang menghuni rusun-rusun tersebut setelah dibangun, melainkan salahnya kebijakan yang ada sehingga aturan main menjadi tidak jelas,” Ujar Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam situs IPW, Selasa (2/4/2013) silam.

Head of Advisory Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto juga mengatakan bahwa ada 2 hal utama yang menyebabkan realisasi program 1.000 tower rusun jauh dari target yang dicanangkan. Pertama, adalah masalah ketersediaan lahan.

“Ini adalah momok paling besar. Nggak ada kejelasan soal lahan waktu itu sehingga realisasi pembangunan pun nggak bisa maksimal,” pungkas Vivin di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Kedua, masalah implementasi. Dulu, ketika proyek 1.000 tower rusun dicanangkan tidak dibarengi dengan penunjukan lembaga atau badan usaha pelaksana sehingga tidak ada kejelasan pihak mana yang punya tanggung jawab melakukan pembangunan.

“Kalau pun ada, tidak dibarengi dengan kepastian, insentif dan sebagainya. Ujung-ujungnya kontraktor yang ditunjuk malah membangun hunian yang komersial,” ucapnya.

Pos terkait