epanrita.net – Alokasi bensin campur sawit 30% atau B30 akan mengalami peningkatan pada akhir tahun ini. Ini dilakukan atas dasar pertumbuhan ekonomi yang kian membaik.
Bensin yang dicampur dengan minyak sawit atau biodiesel akan terus digunakan di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah telah menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel secara bertahap dari 10% hingga 30% hingga saat ini untuk semua jenis bahan bakar diesel tambahan.
Hingga saat ini, pemerintah kembali menunjukkan keseriusan dengan melakukan uji jalan 40% biodiesel atau B40. Bahan bakar ini memadukan CPO atau biofuel berbasis kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME), dengan minyak diesel 60% dan 40%.
Proses ini telah berlangsung sejak tahun 2004 dengan kandungan campuran 10%, tetapi orang bertanya-tanya apa biodiesel ini dan bagaimana penggunaannya akan mempengaruhi kendaraan. Selain itu, berita telah menyebar tentang penggunaannya, yang dapat mengotori mesin mobil dan merusak tangki bahan bakar.
Menanggapi hal itu, Komisaris Bioenergi Eddie Wibow, Sekretaris Jenderal EBTKE untuk Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pihaknya belum menerima laporan pengaduan tentang penggunaan biodiesel ini. Meski menjadi pengemudi diesel, ia mengatakan bahan bakarnya aman.
“Selama ini tidak ada keluhan seperti itu. Komunikasi dengan Gaikindo dan asosiasi lain di forum juga tidak didapatkan kasus seperti itu. Saya sendiri membuktikan sebagai pengguna,” ucap Edi kepada detikcom, Rabu (27/07/2022).
Implementasi kebijakan telah dilakukan secara bertahap selama bertahun-tahun, melalui proses yang panjang dan eksperimen untuk memastikan bahwa B30 dapat digunakan. Faktanya, program biodiesel telah beroperasi pada 30% yang sama selama lebih dari 2 tahun sampai sekarang.
Kata Eddie, menambahkan tentu saja bahwa ada pro dan kontra antara penggunaan bahan bakar fosil dan biodiesel. Namun, penggunaan bensin campuran minyak sawit memiliki banyak manfaat yang dapat digarisbawahi, seperti dampaknya terhadap lingkungan.
“Dari segi mesin kendaraan, centane numbernya lebih bagus dari solar biasa, jadi pembakarannya lebih baik. Kemudian kadar sulfurnya juga lebih rendah, ke lingkungan pun lebih ramah,” tuturnya.
Sementara itu, dalam hal konsumsi bahan bakar rata-rata, dia mengatakan tidak bisa menjelaskannya secara meyakinkan. Menurutnya, hal ini tergantung pada berbagai faktor seperti jenis mobil, karakteristik pengguna kendaraan, dll.
“Yang pasti kalau mobil Venturer milik saya, saya bisa di 1:13,5 (1 liter untuk 13,5 km),” ujar Edi.
Hingga Rabu (27/07/2022), pemerintah telah resmi meluncurkan uji jalan bahan bakar B40 untuk kendaraan diesel. Kegiatan ini dilakukan sebagai titik awal di kantor Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).